Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
Salah satu tokoh seniman yang melestarikan angklung
adalah Udjo Ngalangena atau juga dikenal dengan Mang Udjo yang berasal dari
Jawa Barat. Udjo Ngalagena mendirikan sebuah saung angklung yang diberi nama “Saung
Angklung Udjo” pada tahun 1996.
Pada waktu itu, tutur Sam Udjo, kata-kata sang ayah terdengar
amat mustahil. Mana mungkin angklung akan mendunia, sedang di kampung mereka
para generasi muda sudah mulai silau dengan gemerlap budaya Barat.
Perjalanannya tidak mudah. Sam menceritakan, kalau bapak ketika itu tidak
semangat, maka tidak mungkin musik angklung bisa bangkit.
Ayahnya tetap konsisten menjaga seni musik tradisional
tersebut. Rugi materi sudah menjadi hal biasa, apalagi angklung terbilang mudah
rusak. Mereka mengamen dari satu acara ke acara lain untuk memperkenalkan musik
khas Sunda tersebut.
Semua mulai berubah ketika seorang
turis asal Belanda tertarik menonton penampilan mereka. Sejak itu, angklung
mulai dilirik. Kini, Saung Angklung Udjo telah mewujudkan mimpi untuk membawa
angklung mendunia. Mereka pernah mementaskan pertunjukan angklung di berbagai
kota di Eropa, Amerika dan Asia.
Menurut Sam Udjo, warisan budaya
daerah di Indonesia sebenarnya menarik dan penuh potensi. Namun, kurang
dipromosikan. Ia pun melontarkan semacam peringatan pada generasi muda.
Banyak budaya anak bangsa lebih diapresiasi di luar negeri dibanding dalam
negeri. Sam Udjo menceritakan, kini ia telah diminta untuk mengajarkan angklung
kepada guru-guru TK dan SD di Malaysia.
Dia memprediksi, enam tahun ke
depan, negara tersebut lebih maju dari Indonesia. Mereka dapat unggul dalam
budaya lokal karena berkembangnya tradisi kesenian. Oleh sebab itu, generasi
muda harus menjaga warisan budaya bangsa sebelum tergagap-gagap ketika
budayanya telah diakui negara lain.
-
Maisy Albi -
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar